Tersadar dengan rupa yang utuh, setelah lelah semalam mengejar sisa sadar direngkuhan pagi. Sekedar memastikan, ku pandangi di luar jendela dari atas kasur, terang menyapu utuh jendelaku dan memantul diretina mata yang terpaksa pupil membantu berkonstraksi agar tak serakah cahaya menembus bola mataku.
“Haa..haa..haa..haa”
Debar jantung memacu, bulu kuduk merinding, adrenalin meluap, Seluruh tubuh bereaksi, sontak melompat dari kasur, tubuh meneriakan siaga penuh, dan coba mencari sumber petaka, arahnya dari atas kepalaku, di sana fokus konsentrasi meneropong
“Sial, kamu lagi”
Umpatku, tak asing wajah yang terbahak kini.
“Kenapa kau datang selalu dengan cara ini, seakan kenal kapan tepatnya aku bisa syok”
“Memang aku tahu, aku tahu semua bagian dari dirimu yang bahkan dirimu sendiri tidak tahu apa-apa, aku adalah bagian dirimu, tak bisa lepas”
Apoliginya mengiringi turunnya grade siagaku. Selalu datang dia dan pasti bukan dengan kondisi biasa, ada yang mesti dia sampaikan
“Kaupun sudah mengenalku, kau tahu kedatanganku tidak biasa”
“Tak perlu bodoh, kebiasaan yang terus berulang bisa memberikan pola yang mudah di baca”
Aku harusnya sadar dari awal, kalau percuma bergumam, dia selalu tahu bisikan pikiranku.
“Ceramahmu luar biasa semalam, kau berlagak seolah mengetahui banyak tentang cinta”
“Aku hanya coba membagi lintasan benakku, lintasan pengalamanku, mungkin itu bisa bermanfaat”
Aku coba membuat benteng perlindungan
“Bahkan kau tak mengenal dirimu sendiri”
Dia terus menyerangku, tak perduli benteng perlindungan yang aku bangun.
“Kau tak mengenal cintamu, tak mengetahui apa-apa tentang cinta pada dirimu. Harusnya kau bertanya, seberapa cinta kamu pada dirimu ? sudahkah kau mencintai dirimu sendiri ?”
Bibir mengatup, bingung dengan cerca tanya. Aku tak punya jawabannya.
“Tak punya jawabannya” lanjutnya
“Banyak cinta yang mengintarimu, tapi dirimu sendiri tak mempunyainya, kau tak memiliki cinta di dunia ini, itu yang membutamu hambar menjalani semua.Kau ibarat poci emas bertangkai dan bertutup berlian yang tak berisi apapun, dari luar seolah indah, tapi tak memberi berguna apa-apa.
Kau sudah cukup mendapat cinta, tak haus lagsi cinta dari orang lain, tapi kau dahaga cinta pada dirmu sendiri, dahagamu membuatmu makin kering dan dehidrasi makna.
Mungkin pula kau belum sadar, kalau stagnasi gerakmu karena kau belum memiliki cinta akan dirimu, kau hambar.”
Bingung untuk mengucap apa. Seluruh tubuh kini mengkristal, Homonidipus kali ini berhasil mengayunkan tongkat sihirnya dan mengutuk aku menjadi patung, ia memberikan aku gelombang tsunami kebingungan, tak daya sebab nurani jua tertawa dan terus membenarkan pernyataannya.
Tanpa pamit, ia lenyap begitu saja. Ia seakan hakim yang menjatuhkan vonis pada pelaku yang tak memiliki daya pembelaan. Ia akan kembali lagi menghakimi, suatu waktu di perjalanan panjang hidup ini.
cerita sebelumnya, baca KALI INI BERUPA WAJAH CINTA
Selengkapnya...
MASIH BERUPA WAJAH CINTA
WALIMATUL URSY : AFFAN & KARTIKA
Perjalanan 2 hari 2 malam bolak-balik Makassar-Malili sekira 4 hari yang lalu memang melelahkan tapi melihat ke belakang ada hal-hal yang tak bisa diuapkan begitu saja. 'Walimatul Ursy saudara kami, Muh. Affan Azhari dengan belahan jiwanya Kartika Amin'. *suit2x... :p
Oleh karena itu saya cuma ingin mencoba berbagi memori indah selama di Malili dengan saudara-saudara Medica-ku dan teman-teman Neocortex yang tidak sempat hadir. Semoga memori indah ini bisa tertata rapi pada lobus temporalis kita. Lestari, abadi, sentosa, aman, adil, dan makmur. hehehe...
Sampai di rumah yang mau pesta, tepat pukul 11.00. Sarapan sedikit (relatif, kalau maksud kami sampai menggunung itu masih kami anggap sedikit lho. hehehe...) terus istirahat di rumah tetangga. Nah di sini bagian lucunya, bermaksud istirahat 30 menit buat persiapan pesta sejam lagi. Ternyata malah tersedasi yang dalam banget sampai yang empunya acara 'marah-marah' coz kita berlima malah tidur sampai sesaat acaranya mo bubaran. Waduh!!!
Dengan atribut seadanya, bergegaslah kita menuju TKP yang berjarak sekitar 30 langkah ke arah selatan dari rumah tersangka, eh tetangga affan. Karena tamu terhormat cuma tinggal kami berlima dimana yang lain dah pada pulang semua, maka kami langsung naik pelaminan, salam-salaman, dan ambil pose dengan pasangan berbahagia. eksyen...Inilah pasangan paling diburu salamannya hari itu (selain tentu saja kuliner khas pengantin). Wajah-wajah yang sangat aneh! *jealous. hihihi... :)
Pandangilah baik-baik wajah kelima orang yang mendampingi sang penganten ini. Liat mereka, wajah tanpa dosa bukan?!? Acara dah mau bubar, baru datang... :p
Sekali lagi pandangilah lekat-lekat, tanpa mereka yakinlah saudara-saudara bahwa acara ini tetap berlangsung aman dan tertib. Tapi tentu saja tidak semarak...


BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO ( BPPV )
I. PENDAHULUAN
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.1
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. Berbagai macam defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan keseimbangan.1,2
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala. Vertigo pada BPPV termasuk vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem vestibularis. BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921. Karakteristik nistagmus dan vertigo berhubungan dengan posisi dan menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat gangguan otolit.3,4,5
II. EPIDEMIOLOGI
Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala. 6,7
III. ANATOMI DAN FISIOLOGI ALAT KESEIMBANGAN
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin), terlindung oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin membran dan labirin tulang terdapat perilimfa, sedang endolimfa terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih tinggi daripada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semi-sirkularis (kss), yaitu kss horizontal (lateral), kss anterior (superior) dan kss posterior (inferior). Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus. 8,9,10Keseimbangan dan orientasi tubuh se¬seorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vesti¬buler di labirin, organ visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggam¬barkan keadaan posisi tubuh pada saat itu. 8
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang ber¬hubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan se-luruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula. 8,9,10Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolari-sasi dan akan merangsang pelepasan neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi. 8,10
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat per-cepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.8
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.8
IV. ETIOLOGI
Penyebab utama BPPV pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera kepala. Pada orang yang lebih tua, penyebab utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga tengah. BPPV meningkat dengan semakin meningkatnya usia. 13
V. PATOFISIOLOGI
Patomekanisme BPPV dapat dibagi menjadi dua, antara lain :
• Teori Cupulolithiasis
Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk menerangkan BPPV. Dia menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari macula utriculus yang sudah berdegenerasi, menernpel pada permukaan kupula. Dia menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula. Hal ini analog dengan keadaan benda berat diletakkan di puncak tiang, bobot ekstra ini menyebabkan tiang sulit untuk tetap stabil, malah cenderung miring. Pada saat miring partikel tadi mencegah tiang ke posisi netral. Ini digambarkan oleh nistagmus dan rasa pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti pada tes Dix-Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo). Perpindahan partikel otolith tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing dan nistagmus. 4,6,14,15
• Teori Canalithiasis
Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak bebas di dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai ± 900 di sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah berlawanan. Model gerakan partikel begini seolah-olah seperti kerikil yang berada dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil terangkat sebentar lalu jatuh kembali karena gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ saraf dan menimbulkan pusing. Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan keterlambatan "delay" (latency) nistagmus transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang efektif dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah yag dapat menerangkan konsep kelelahan "fatigability" dari gejala pusing. 4,6,14,15
VI. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual. 6
B. Pemeriksaan fisis
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada evaluasi neurologis normal.6 Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah Dix-Hallpike. Cara melakukannya sebagai berikut :3,5
- Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa detik.
- Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o – 40o, penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
- Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau KSS posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di KSS posterior.
- Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
- Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut dipertahankan selama 10-15 detik.
- Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet” (ke arah dahi) dan ipsilateral.
- Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah berlawanan.
- Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o dan seterusnyaPada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, ± 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.3
VII. DIAGNOSIS BANDING
• Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di Rumah Sakit wrtuk mengatasi gejala dan dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada perubahan pendengaran.9
• Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme telinga dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif. Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya. Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam struktur-struktur telinga dalam. Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang terakhir, labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat menimbulkan suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan patologik yang akhirnya menyebabkan sklerosi labirin. 9
• Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa.
Patofisiologi : pembengkakan endolimfe akibat penyerapan endolimfe dalam skala media oleh stria vaskularis terhambat.
Manifestasi klinis : vertigo disertai muntah yang berlangsung antara 15 menit sampai beberapa jam dan berangsur membaik. Disertai pengurnngan pendengaran, tinitus yang kadang menetap, dan rasa penuh di dalam telinga. Serangan pertama hebat sekali, dapat disertai gejala vegetatif Serangan lanjutan lebih ringan meskipun frekuansinya bertambah. 16
VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan utama pada BPPV adalah manuver untuk mereposisi debris yang terdapat pada utrikulus. Yang paling banyak digunakan adalah manuver seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah. Manuver mungkin diulangi jika pasien masih menunjukkan gejala-gejala. Bone vibrator bisa ditempatkan pada tulang mastoid selama manuver dilakukan untuk menghilangkan debris. 6Pasien digerakkan dalam 4 langkah, dimulai dengan posisi duduk dengan kepala dimiringkan 45o pada sisi yang memicu. (1) pasien diposisikan sama dengan posisi Hall-pike sampai vertigo dan nistagmus mereda. (2) kepala pasien kemudian diposisikan sebaliknya, hingga telinga yang terkena berada di atas dan telinga yang tidak terkena berada di bawah. (3) seluruh badan dan kepala kemudian dibalikkan menjauhi sisi telinga yang terkena pada posisi lateral dekubitus, dengan posisi wajah menghadap ke bawah. (4) langkah terakhir adalah mendudukkan kembali pasien dengan kepala ke arah yang berlawanan pada langkah 1.6
Operasi dilakukan pada sedikit kasus pada pasien dengan BPPV berat. Pasien ini gagal berespon dengan manuver yang diberikan dan tidak terdapat kelainan patologi intrakranial pada pemeriksaan radiologi. Gangguan BPPV disebabkan oleh respon stimulasi kanalis semisirkuler posterior, nervus ampullaris, nervus vestibuler superior, atau cabang utama nervus vestibuler. Oleh karena itu, terapi bedah tradisional dilakukan dengan transeksi langsung nervus vestibuler dari fossa posterior atau fossa medialis dengan menjaga fungsi pendengaran.6
IX. PROGNOSIS
Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure) biasanya bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%. 4
DAFTAR PUSTAKA
1. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2009 [cited 2009 May 30th]. Available from : URL:http://www.google.com/vertigo/cermin dunia kedokteran .html
2. Joesoef AA. Vertigo. In : Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2000. p.341-59
3. Bashiruddin J. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Dalam : Arsyad E, Iskandar N, Editor. Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 104-9
4. Li JC & Epley J. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 May 20th]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/884261-overview
5. Furman JM, Cass SP. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. NEJM [online] 2009 [cited 2009 May 30th]. Available from : http://content.nejm.org/cgi/reprint/341/21/1590.pdf
6. Johnson J & Lalwani AK. Vestibular Disorders. In : Lalwani AK, editor. Current Diagnosis & treatment in Otolaryngology- Head & Neck Surgery. New York : Mc Graw Hill Companies. 2004. p 761-5
7. Anonim. Si Penyebab Kepala Berputar. [online] 2009 [cited 2009 May 20th]. Available from : http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?IDCategory=23.
8. Bashiruddin J., Hadjar E., Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Arsyad E, Iskandar N, Editor : Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 94-101
9. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso R, Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jakarta : EGC. 1997. h 39-45
10. Sherwood L. Telinga, Pendengaran, dan Keseimbangan. Dalam: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1996. p 176-189
11. Balasubramanian. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo). [online] 2009 [cited 2009 May 30th]. Available from :http://www.drtbalu.com/BPPV.html
12. Anonym. The Membranous Labyrinth Of The Vestibular. [online] 2009 [cited 2009 May 30th]. Available from : http://cache-media.britannica.com/eb-media/86/4086-004-EA855487.gif
13. Hain TC. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 May 20th]. Available from : http://www .dizziness-and-balance.com/bppv.htm
14. Bojrab DI, Bhansali SA, Battista RA. Peripheral Vestibular Disorders. In: Jackler RK & Brackmann DE, Editor: Textbook of Neurotology. St. Louis, Missouri : Mosby. 1994. p 629-33
15. Anonym. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. [online] 2009 [cited 2009 May 20th]. Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/Benign_paroxysmal_positional_vertigo
16. Mansjoer a, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setowulan W. Penyakit Menierre. Dalam : KApita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. 2001. Hal 93-94
Selengkapnya...
Ketika Aku dan Kau Tak Menjadi Kita
Belum terlalu lama beberapa waktu yang lewat , ketika seorang kawan tiba-tiba menelfon sambil menangis, menceritakan keputusan besarnya, bahwa ia telah memilih untuk mengakhiri sebuah hubungan panjangnya yang telah ia jalani tak kurang dari lima tahun, ia memutuskan untuk membina hubungan yang lebih bertanggungjawab dan diridhoi Allah dengan seorang yang datang secara ksatria kepada bapaknya. Namun keputusannya itu membuat ia harus melawan persaannya, sebuah keputusan yang tak mudah. Saya lebih banyak diam jadi pendengar, sebab saya tahu ia hanya butuh membagi bebannya, selebihnya waktu akan membuatnya lebih kuat.
Juga belum lama, beberapa waktu yang lalu, oleh sahabat yang lain, juga dengan tersedu melalui telefon, berbagi perasaannya, kekecewaanya, juga usahanya untuk berdamai dengan perasaannya, ketika harapan-harapan indah tentang sebuah bangunan cinta yang sudah di depan mata, tiba-tiba begitu saja rata dengan tanah, runtuh dan punah, tragisnya oleh sebuah alasan yang sangat susah ia terima.
Dan masih oleh seorang sahabat lagi beberapa waktu berselang, bertutur dalam suara yang lirih juga melalui telefon, bedanya ia tak menangis, mungkin karena ia seorang lelaki. Bahwa ia begitu kecewa ketika sebuah komitmen yang telah ia bangun tiba-tiba dibunuh secara sepihak, dan tak bisa berbuat banyak kecuali menerima dan bersikap lapang dada.
Mendengarkan tutur sahabat-sahabat tadi , membuat saya teringat pada suatu siang, beberapa tahun silam, berbincang di halaman sebuah masjid, ketika seorang sahabat tiba-tiba bertanya, "apakah engkau percaya pada cinta sejati"? Saya tak menjawab, hanya tersenyum. Menurutnya banyak orang yang awalnya saling mencinta, kemudian tiba-tiba saling membenci. Kenyataanya banyak orang yang mulanya berkasih sayang kemudian saling bermusuhan. Perbincangan tak selesai, lalu kami pun berpisah membawa imajinasi masing-masing.
Bertahun kemudian, pada suatu malam, duduk di tepi jalan, ketika sahabat yang sama waktu itu, kembali membuka cerita tentang cinta. Tak lagi bertanya, ia justru bercerita tentang pencariaanya, tentang perjalanan cintanya yang tak sampai, malah membuatnya mengerti tentang cinta, cinta yang jujur, tegasnya demikian.
Bahwa cinta tidak berlokus di dalam diri, tapi berorientasi pada yang dicinta. Cinta pada maqam ini, tak lagi perlu diberi, tapi selalu ingin memberi. Tak butuh dilayani justru berbahagia dengan melayani. Kebahagiaan sang pencinta hadir ketika ia memberi, melayani bahkan berkorban. Saat itu cinta tak harus memiliki, karena mencintai tidak terbatasi dimensi ruang dan waktu, bisa dimana saja dan setiap saat. Gagal memiliki tidak berarti gagal mencintai.
Saya pun kembali tersenyum, tak banyak komentar. Sebab saya memang tak banyak mengerti tentang cinta. Yang saya tahu, bahwa cinta itu suci, maka jangan dibunuh rasa itu, tapi bingkailah dengan cahaya.
Maka tetaplah mencinta kawan...Wallahu alam.
Selengkapnya...
KALI INI BERUPA WAJAH CINTA
Beranjak sadar meninggalkan aliran malam yang siap mengalir ke peraduan lantas bertukar peran dengan pagi, sontak saja kau datang menyapaku tanpa ekspresi dan menodongkan tolong yang hening,
“Bantu aku melupakan cinta…!!!”.
Selintas terhentak, diam coba mengumpulkan sadar yang setengahnya telah tertelan malam, dan mungkin seperempatnya telah direnggut pagi, aku berpikir harap semua sadarku ditelan malam sebab menelan sadarku setengahnya menyakitkan..
“Mengapa hal itu mengganggumu…?”
Sendu matamu kemudian menjawab tanyaku sebelum kau mengungkap jawabmu, walau tak yakin lengkap aku menangkap maknanya…
“Bantu aku melupakan orang yang ku cintai…!!!”
Merintih tak sabar kau kini, rupanya belenggu sesak tak tertahankan menghimpit dada dan aliran nafasmu hingga berat kau paksa suaramu keluar, efeknya buliran air mata menggenangi kelopak matamu, meski belum meluap jadi bedak di wajahmu…
“Kau masih belum berubah fikir tentang cinta, hidup, dan manusia..” Mengoreksi arus fikirmu awalku,
“Hidup dan manusia itu manifestasi cinta,,”
Coba mengumpulkan hikmah kata-kata dalam buku-buku cinta yang pernah telintas dan masih tersimpan di memori…
“Coba melupakan cinta dan orang-orang yang dicintai adalah kemustahilan dan itu pengingkaran hidup dan kemanusiaan…
Cinta punya banyak wajah, manusia punya banyak pilihan untuk memilih wajah cinta dalam hidup agar sesuai dengan ekspresi fitrahwinya…”
Sedikit mengambil jedah coba mengartikan wajahmu adakah sanggahan, untuk melihatmu memahami perkataanku. Tak ada pemberontakan di diammu, aku simpulkan kau menanti akhir penjelasannya…
“Mencari kenal ekspresi-ekspresi cinta adalah keniscayaan, agar mampu manusia menentukan ekspresi cinta sejati, ekspresi cinta hakiki, bukan sekedar topeng ekspresi cinta, bukan sekedar kepalsuan yang berbalut nama cinta...”
Kau berdiri membelakangiku, tanpa seucap kata dan ekspresi pun yang bisa jadi kesimpulan fikirku. Beranjak lalu kau menyisahkan titik dan sirna, aku tak harus meyakinkan puasku kau cukup paham atau tidak, yang aku paham pasti kau akan kembali lagi dengan sodoran tanya, tolong, debat, dan kisahmu lagi.
Bergegas aku mengejar sisa sadarku yang tadi telah ditelan malam, berharap belum tertinggal jauh dan belum pula pagi menangkapku sebelum ku penuhi sadarku pada malam.