Halaman

STENOSIS PILORUS (TUMOR OLIVE)


Stenosis pilorus timbul karena hipertrofi dari otot-otot outlet gaster. Penyakit ini merupakan salah satu kelainan gastrointestinal yang paling sering pada 3 bulan pertama kelahiran. Penting untuk menyadari bahwa stenosis pilorus merupakan suatu emergensi medis akut dan bukan suatu emergensi bedah. Koreksi preoperatif terhadap defisit cairan dan elektrolit yang berat mungkin membutuhkan waktu dalam beberapa hari tetapi persiapan preoperatif yang teliti sangat penting untuk hasil yang positif.

Insiden
            Insidennya dikutip bervariasi berkisar antara 3:1000 sampai 1:500 kelahiran hidup.  Lebih sering pada kelahiran pertama bayi laki-laki daripada perempuan (4:1) dan lebih sering pada keturunan dari orang tua yang memiliki riwayat penyakit ini.

Etiologi
            Etiologi pasti masih belum diketahui. Berbagai teori yang dikemukakan yaitu :
·         Diturunkan secara poligenik
·         Hipoganglionosis
·         Infeksi H. pilory
·         Hipergastrinemia dengan spasme pilorus
Kelainan terkait kongenital jarang.

Patofisiologi
Anak dengan stenosis pilorus dapat menunjukkan gangguan metabolik yang  bervariasi, paling sering terjadi hipokloremia responsif klorida (atau saline), hipokalemia, hipovolemia dan alkalosis metabolik hiponatremia. Hipokalsemia mungkin berhubungan dengan hiponatremia. Normalnya setiap 1 mEq dari asam lambung yang disekresikan  menyebabkan 1 mEq HCO3- dihasilkan. Asam lambung ini melewati lambung menuju duodenum  dan dinetralisir oleh HCO3- pankreas. Pada kasus ini, asam lambung yang dihasilkan hilang dari tubuh akibat muntah atau aspirasi gaster saat HCO3- yang dihasilkan terus meningkat dalam plasma. Peningkatan beban HCO3-  ini tidak dapat ditanggulangi oleh tubulus proksimal ginjal dan meningkatkan sejumlah NaHCO3 yang dibawa ke tubulus distal, dimana tidak dapat reabsorbsi.  Sehingga ginjal menghasilkan urine yang alkalis dengan pH > 7,0. Karena adanya juga deplesi  volume cairan ekstrasel (ECFV) maka ginjal berusaha untuk menghemat Na+ dengan menstimulasi sekresi aldosteron. Hipokalemia timbul karena K+ hilang akibat muntah dan melalui urin yang bertukar dengan H+ (dalam usaha untuk menghemat Na+). Keadaan ini juga menyebabkan perubahan intrasel yang membuat pHnya menjadi lebih alkalis. Dengan adanya deplesi Na+ dan K+, ginjal  mensekresikan urine lebih asam (paradoxical aciduria) meningkatkan lebih lanjut alkalosis metabolik. Hipokloremia timbul karena hilangnya Cl- akibat sekresi gaster dan pada usaha menghemat Cl-, maka Cl- urin dikeluarkan < 20 mEq/L. Konsentrasi Cl- dan Na+ urin biasanya sama dan keduanya menjadi rendah pada keadaan hipovolemia karena keduanya direabsorbsi bersama-sama. Akan tetapi pada stenosis pilorus, sejumlah Na+ yang hilang merupakan keharusan dengan adanya kelebihan HCO3- sehingga Na+ yang ditemukan dalam urin tidak sesuai dengan deplesi ECFV. Sebaliknya, semua Cl- direabsorbsi dalam pertukaran sehingga kadar Cl- urin merupakan suatu prediktor yang lebih akurat terhadap status volume pasien.

Gambaran Klinik
Gejala
 Stenosis pilorus muncul antara 3-5 minggu setelah lahir dengan riwayat muntah nonbilier yang progresif yang mana dapat menjadi proyektil. Sering disertai konstipasi. Ikterus timbul sebagai akibat dari defisiensi glucoronyl transferase yang disebabkan oleh starvasi (17%).



Tanda
Anak mengalami dehidrasi dengan peristalsis gaster yang tampak dan terdapat massa berbatas tegas berbentuk olive (buah zaitun) yang dapat dipalpasi di epigastrium atau hipokondrium kanan (Gamb. 24.1, 24.2).

Pemeriksaan
Darah
·         Hemoglobin (hemokonsentrasi dapat mengakibatkan polisitemia)
·         Elektrolit (hipokalemia, hipokloremia, hiponatremia, hipokalsemia)
·         Gas darah arteri [alkalosis metabolik (awalnya), asidosis metabolik (selanjutnya)]
·         Urin – Cl, Na, pH.

Radiologi
·         USG abdomen (definitif)
·         Barium meal (tidak lagi dilakukan dan berpotensi bahaya) (Gamb. 24.3)

Penatalaksanaan
            Penatalaksanaan yang utama secara medis:
·         Mulai dengan memasang jalur intravena dan mengambil sampel darah untuk pemeriksaan hemoglobin dan elektrolit.
·         Pasang nasogastric tube (NGT) – 8Fr
·         Pemberian cairan berdasarkan derajat dehidrasi – ringan, sedang, berat. (lihat di bawah)

Target Resusitasi
·         Klorida serum ≥ 106 mmol/L
·         Na+ serum ≥ 135 mmol/L
·         HCO3- serum ≤ 26 mmol/L
·         Cl- urin > 20 mmol/L
·         Output urin > 1 ml/kgBB

Dehidrasi berat. Bila kehilangan cairan lebih dari 15%, alkalosis berat dan kegagalan kardiovaskuler impending, maka beri 20 ml/kgBB normal saline (NS) secara bolus, larutan ringer laktat, atau koloid. Kemudian lanjutkan penanganannya sebagai dehidrasi sedang dengan defisit yang dihitung diberikan NS lebih dari 6-8 jam.
Dehidrasi ringan sampai sedang. Berikan glukosa (dekstrosa) dalam saline (D5 0,45NS dengan 10 mEq KCL/500mL) pada 6-8/kgBB/jam. KCl ditambahkan hanya jika anak telah mulai berkemih. KCl mungkin dibutuhkan lebih banyak jika K+ serum rendah (lihat Bab 7). Aspirat nasogastric tube digantikan dengan sejumlah normal saline yang sama banyak. Sekali target tercapai, maka dapat diberikan dosis maintenance 4 ml/kgBB/jam D5 0,225NS. (0,45NS=1/2 NS dan 0,225NS=1/4 NS)

Penanganan Bedah
            Operasi merupakan pengobatan definitif dimana dilakukan pyloromyotomy (Ramstedt’s prosedure) dan otot pilorus dipotong secara luas hingga ke submukosa (Gamb. 24.4, 24.5). Pyloromyotomy laparaskopi merupakan suatu pilihan.

Manajemen Anestesi
            Gangguan asam basa dan dehidrasi harus diperbaiki sebelum operasi karena :
·         Hipokalemia dapat menyebabkan aritmia perioperatif.
·         Alkalosis metabolik dapat menyebabkan apneu pasca operasi.
·         Dehidrasi memberi kecenderungan terjadinya hipotensi dan kemudian asidosis.

Monitoring. EKG, pulse oximetry, NIBP(pengukur tekanan darah non-invasif), EtCO2 (end tidal carbon dioxide), pengukur suhu, stetoskop prekordial.
Persiapan. Nasogastric tube (terutama diameter lubang kateter yang besar) harus diaspirasi sebelum diinduksi dimana bayi pada posisi miring ke kiri, ke kanan dan posisi supine sehingga dapat membuang volume residu dari gaster. Volume residu gaster ini telah dilaporkan dapat mencapai 30-100 ml/kgBB.
Induksi. Preoksigenasi dan induksi intravena lebih disukai. Karena anak biasanya mendapat satu jalur IV dan induksi berurutan secara cepat dengan natrium thiopentone dosis menidurkan, 0,02 mg/kgBB atropin dan 2 mg/kgBB suxamethonium (mungkin dengan tekanan pada krikoid).
Awake intubation dapat dipertimbangkan bila intubasi diperkirakan sulit dilakukan. Namun sedikit kerusakan mukosa dapat terjadi pada anak yang menangis kuat – bila anak tidak menangis kuat maka resusitasi tidak adekuat.
Bila diperkirakan terjadi kesulitan mintalah bantuan – keselamatan anak adalah prioritas utama dan tidak boleh ada kompromi karena kurangnya pengalaman atau lingkungan yang tidak sesuai – anak ini dapat menunggu dan berikan cairan IV dosis pemeliharaan!
Dosis pemeliharaan anestesia dengan halotan atau sevofluran dan nitrous oxide, pelumpuh otot dengan atracurium fentanyl, IPPV, pemberian cairan yang tepat dengan glukosa 5% dalam saline 0,2% sebanyak 4 ml/kgBB dan menjaga suhu tubuh.
Pada akhir prosedur, untuk menguji integritas mukosa pilorus, udara diiinjeksikan melalui nasogastric tube.
Ekstubasi. Anak harus diekstubasi dalam keadaan sadar penuh. Setelah kembalinya blokade neuromuskuler anak harus kuat, dengan pergerakan yang volunter, bernapas spontan dan terdapat gag reflex aktif.

Analgesia Pasca Operasi
            Nonopioid: parasetamol rektal diberikan intraoperatif dengan loading dose 30-40 mg/kgBB dilanjutkan dengan 15-20 mg/kgBB setiap 6 jam pasca operasi.
            Anestesi lokal: bupivacain 0,25% (2 mg/kgBB) secara infiltrasi luka. Hindari opioid untuk mencegah apneu pasca operasi.

Periode Pasca Operasi
·         Pemberian oksigen bila pulse oximetry menunjukkan < 95%.
·         Bayi prematur atau eksprematur harus mendapatkan pengawasan dari apneu selama 6-12 jam.
·         Memberi makan dapat dimulai 12-24 jam pasca operasi.
·         Hati-hati terhadap hipoglikemia pasca operasi – dimana merupakan komplikasi yang sering.
Selengkapnya...

PEMBERIAN ZINK SEBAGAI TATA LAKSANA DIARE PADA ANAK

Diare adalah perubahan konsistensi tinja secara tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10 ml/kg/hari). Hal ini menyebabkan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari tiga kali sehari. Peningkatan kandungan air disebabkan ketidakseimbangan fungsi usus dalam proses absorbsi substrat organik dan air. Umumnya, diare akut terjadi selama tujuh hari.

Di negara berkembang seperti indonesia, setiap anak rata-rata mengalami tiga kali episode diare dalam setahun. Pengobatannya sendiri sebenarnya mudah, namun sebagai tenaga kesehatan, kita harus sigap menghadapi komplikasi dehidrasi. Kondisi dehidrasi ini mengancam nyawa sebagian besar anak penderita diare. Dengan demikian, hal yang menjadi penting dalam tata laksana diare pada anak adalah menentukan derajat beratnya dehidrasi. Setelah pengklasifian ini, barulah ditentukan tata laksana yang paling sesuai.

Menurut Panduan Tata Laksana Pengobatan Diare yang merujuk pada WHO oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, rehidrasi bukanlah satu-satunya strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit.

Pilar pertama adalah penggunaan oralit dengan osmolaritas yang rendah. Oralit dengan low osmolaritas dapat menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.

Pilar kedua adalah pengobatan zink selama 10 hari berturut-turut. Penggunaan zink ini memang populer beberapa tahun terakhir karena memiliki evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya. Penelitian yang dilakukan oleh Baqui dkk. menemukan bahwa pemberian zink selama 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Penelitian yang dilakukan secara besar-besaran di Bangladesh itu melibatkan 8070 pasien diare berusia 3-59 bulan. Lebih lanjut, penelitian lain oleh Rahman MM dkk. menemukan adanya sigergitas yang baik pada penggunaan zink bersama dengan vitamin A untuk mencegah diare akut menjadi diare persisten.

Penelitian lain dilakukan oleh Roy SK dkk. Roy menemukan bahwa pemebrian zink pada pasien anak penderita koleradapat menurunkandurasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan. Lebih lanjut, Roy menyarankan pengobatan zink secara rutin pada seluruh pasien anak penderita kolera. Hal ini bertujuan mengurangi durasi dan keparahan penyakit.

Pengobatan dengan zink pada pasien diare anak merupakan rekomendasi dari WHO dan UNICEF sejak tahun 2004. Zink merupakan mikronutrien esensial untuk proses tumbuh kembang dan pemeliharaan sistem imun. Obat zink ini bisa dalam bentuk tablet dispersibel, sirup atau dry sirup. Sesuai rkomendasi, zink 20 mg per hari dianjurkan untuk anak di atas usia enam bulan, sementara zink 10 mg dianjurkan untuk anak di bawah usia enam bulan. Masing-masing diberikan selama 10 hari. Tantangan di sini adalah agar pasien tetap diberikan zink selama waktu yang direkomendasikan walaupun diare sudah berhenti.

Manfaat pengobatan dengan zink adalah menurunkan durasi diare akut sebesar 25%, menurunkan angka kegagalan terapi dan kematian sebesar 40% pada diare persisten, serta menurunkan tingkat keparahan episode diare. Selain itu, zink juga memiliki efek profilaksis selama 2-3 bulan setelah pengobatan selama 10 hari. Efek samping yang dapat terjadi akibat konsumsi zink adalah muntah dan rasa kecap logam, namun keduanya jarang. Sementara efek peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan bawah dapat ditekan apabila penggunaannya dilakukan bersamaan dengan suplementasi vitamin A.

Pilar ketiga adalah tetap memberikan ASI dan makanan seperti biasa sesuai usia anak. Nutrisi yang seimbang tetap diperlukan untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti zat-zat gizi yang hilang akibat diare.
Pilar keempat adalh tidak dianjurkan penggunaan antibiotik untuk diare nonspesifik, kecuali pada diare berdarah dan berlendir (dapat mengindikasikan disentri) atau kolera.

Pilar terakhir atau kelima adalah menasihati ibu atau pengasuh untuk kontrol kembali bila anak mengalami demam, tinja berdarah, muntah berulang tanpa henti, makan dan minum hanya sedikit, merasa sangat haus, diare semakin sering, atau belum membaik setelah tiga hari. Peran tenaga kesehatan dalam mengedukasi harus benar-benar dijalankan sesuai porsinya. Dengan menjalankan kelima langkah penatalaksanaan dengan tepat, angka morbiditas dan mortalitas dapat ditekan.

Saat ini, pedoman tata laksana tersebut telah diadaptasi oleh standar pelayanan medik di rumah-rumah sakit di Indonesia. Dengan begitu, diharapkan semakin banyak anak Indonesia tertolong dan terhindar dari bahaya akibat diare akut.

Referensi
1. Baqui AH, Black RE, Arifeen SE, Yunus M, Chakraborty J, Ahmed S, et al. Effect of zink supplementation started during diarrhoea on morbidity and mortality in Bangladeshi children; community randomised trial. BMJ 2002;325:1059
2. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta, Agustus 2007
3. Rahman MM, Vermund SH, Wahed MA, Fuchs GJ, Baqui A, et al. Simultaneous zink and vitamin A supplementation in Bangladesh children: randomised double blind controlled trial. BMJ 2001;323:314-318
4. Roy SK, Hossain MJ, Khatun W, Chakraborty B, Begum A, Chowdhurry S, et al. Zink supplementation in children with cholera in Bangladesh: randomised controlled trial. BMJ 2008;336:266-268
5. World Health Organization. Hospital care for children. Guidelines for the management of common illness with limited resources. WHO, Geneva, 2005

Selengkapnya...

Kodein, Metilmorfin yang Memiliki Banyak Khasiat

Kodein atau metilmorfin adalah opium (turunan morfin) dari golongan fenantrena. Obat ini memiliki beberapa khasiat bagi pasien, baik dewasa maupun anak. Kodein dapat dikonversikan menjadi morfin sehingga memiliki efek anti-nyeri (analgesik), meredakan batuk dan sesak napas (antitusif), serta anti-diare. Di antara ketiga manfaat ini, khasiat pereda batuk (antitusif) merupakan yang paling menonjol. Jenis batuk yang dapat diredakan oleh kodein adalah batuk yang kering, iritatif, dan tidak berdahak.

Kodein memiliki efek anti-nyeri. Kodein dapat diindikasikan sebagai pereda atau penghilang nyeri hebat yang tidak dapat diatasi dengan analgesik non-opioid. Sebuah studi yang dilakukan oleh Glowinski menemukan bahwa kombinasi antara parasetamol 500 mg/kodein 30 mg tiga kali sehari ditambah natrium diklofenak 50 mg sehari memiliki efek analgesik yang sama dengan pemberian natrium diklofenak 50 mg dua kali sehari pada pasien artritis reumatoid. Substitusi natrium diklofenak dengan parasetamol dan kodein ini memiliki keuntungan mengurangi efek iritasi pada mukosa lambung.

Secara umum, kodein dapat meredakan nyeri yang menyertai infark miokard, keganasan, kolik renal atau kolik empedu, oklusi pembuluh darah perifer, perikarditis akut, dan nyeri akibat trauma seperti luka bakar, fraktur, dan luka pascabedah. Dosis yang dibutuhkan meningkat sesuai dengan penambahan intensitas nyeri. Hati-hati pada dosis tinggi karena dapat menyebabkan depresi napas.

Efek lain dari kodein yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat adalah efek anti-diare. Alkaloid morfin dan turunannya secara umum memiliki manfaat menghentikan diare dengan terlibat langsung pada otot polos kolon. Pada pengobatan diare yang disebabkan intoksikasi makanan atau obat lain, pemberian morfin harus didahului dengan pemberian garam katalitik untuk mengeluarkan racun dan mikroorganisme penyebab diare. Dosis kodein atau morfin yang menghentikan diare (terkadang dapat menyebabkan konstipasi) kurang lebih sama dengan dosisnya sebagai obat batuk. Namun demikian, penggunaan kodein sebagai anti-diare tidak populer. Hal ini disebabkan saat ini tersedia bahan-bahan sintetik yang bekerja pada saluran cerna.

Khasiat paling terkenal dari kodein adalah penghambatan terhadap refleks batuk. Penghambatan ini bermanfaat meredakan batuk iritatif, kering, dan batuk yang sangat mengganggu. Batuk seperti ini sangat mengganggu pasien karena menyebabkan pasien tidak dapat tidur, tidak dapat beristirahat, dan nyeri pada dada. Pemberian kodein sebagai antitusif dianjurkan bagi pasien dewasa dan anak-anak.

Penggunaan kodein untuk pasien batuk iritatif pada anak-anak masih dianjurkan sampai kini. Buck dalam tulisannya di jurnal Pediatric Pharmacology menerangkan mekanisme aksi kodein dan penggunaanya sebagai analgesik serta antitusif pada anak-anak. Beberapa efek samping yang mungkin timbul adalah idiosinkrasi, alergi, dan intoksikasi bila diberikan berlebih. Cara menghindari bahaya efek samping adalah anamnesis riwayat alergi secara teliti, monitor setelah konsumsi, serta berhati-hati dalam dosis. Pada anamnesis, perlu ditanyakan penggunaan kodein sebelumnya dan adakah efek samping alergi. Sebagai tambahan, tanyakan pula riwayat alergi terhadap bahan lain dan riwayat alergi pada keluarga.

Penggunaan sebagai obat batuk bagi pasien dewasa direkomendasikan pada dosis 10 mg 3-4 kali sehari. Sementara, bagi anak adalah 1 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 dosis. Sebagai akibat pada metabolisme, dosis ini dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh, penurunan aktivitas otot, vasodilatasi perifer, serta penghambatan mekanisme neural di sistem saraf pusat. Kecepatan metabolisme tubuh akan berkurang dengan pemberian morfin dan turunannya. Hiperglikemia sementara dapat terjadi akibat pelepasan adrenalin yang menyebabkan glikogenolisis. Efek-efek ini hanya bersifat sementara, dan dapat hilang seiring berjalannya waktu. Secara umum, tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai hal tersebut.

Dengan demikian, sebagai obat batuk, sampai saat ini kodein masih tetap mendapat tempat bagi pasien yang merasakan gangguan (iritasi) saluran napas atas akibat batuk kering kronis. Efek analgesik dan antitusif bekerja sama mengurangi batuk yang menyebabkan nyeri dada. Para dokter yang merawat pasien harus melakukan pengawasan, di samping mengedukasi pasien saat menggunakan kodein. Demikian juga bagi pasien anak-anak, peran orang tua sangat penting dalam pengawasan.

Daftar Pustaka
1. Schumacher MA, Basbaum Al, Way WL. Opioid analgesics and antagonist. In: Katzung BG, editor. Basic and Clinical Pharmacology 9th edition. Singapore, McGrawHill; 2004: 497-516.
2. Santoso HSO, Dewoto HR. Analgesik opioid dan antagonis. Farmakologi dan Terapi edisi ke-4. Jakarta; Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2005.
3. Glowinski J. Placebo-controlledstudy of the anlgesic efficacy of a paracetamol 500mg/codeine 30mg combination together with low –dose vs high dose diclofenac in rheumatoid arthritis. Clin Drug Invest 1999; 18(3): 189-197.
4. Buck ML. Therapeutic uses of codeine in pediatric patients. Pediatr Pharm 2004; 10(4)
5. American Academy of Pediatrics. Uses of codeine and dextromethorphan-containing cough remedies in children. Pediatrics Vol. 99 No. 6 June 1997, p. 918-920.

Selengkapnya...

APA PANTAS BERHARAP SURGA?

Shalat dhuha hanya dua rakaat, qiyamullail juga hanya dua rakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk. Shalat lima waktu? Sudah jarang di masjid, memilih ayatnya juga yang pendek-pendek agar lekas selesai, tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah, terlipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu. Lupa pula dengan shalat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib. Satu lagi, semua di atas belum termasuk catatan: “kalau tidak terlambat” atau “asal tidak bangun kesiangan”. Dengan model shalat begini, apa pantas mengaku ahli ibadah?

Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah. Tak jarang kaki-kaki mereka bengkakkarena terlalu lama berdiri karena khusuknya. Kalimat-kalimat pujian dan permohonan tersusun indah seraya berharap Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka. Ketika azan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas menuju sumber panggilan. Kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata.

Membaca Al Quran sesempatnya, itu pun tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresap hikmah yang terkandung di dalmnya. Ayat-ayat yang mengalir dari lidah tidak sedikit pun membuat dada bergetar. Padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah ketika dibacakan ayat-ayat Allah, tergetarlah hatinya. Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin. Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas. Yang begini mengaku beriman?

Tidak sedikit dari para sahabat Rasulullah saw. yang menhan napas mereka untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah. Sesekali mereka terhenti, tidak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya. Tidak jarang mereka hiasi mushaf (Al Quran) di tangan mereka dengan tetes air mata. Setiap tetes akan menjadi saksi di hadapan Allah. Lidah-lidah indahnya digunakan untuk melafalkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi.

Bersedekah jarang, begitu juga infak. Kalaupun ada, dipilih mata uang terkecil yang ada di dompet. Syukur-syukur kalau ada receh. Berbuat baik terhadap sesama jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial. Ya, hitung-hitung ikut meramaikan. Sudah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum. Apa sih susahnya senyum? Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap kebaikan dan kasih Allah?

Rasulullah saw. adalah manusia yang paling dirindui: senyum indahnya, tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan semata milik Khadijah, Aisyah, dan istri-istri beliau yang lain. Juga bukan semata teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya. Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya, bahkan kepada musuh sekalipun. Ia juga mengajarkan para sahabat untuk belomba beramal saleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.

Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan, ya sebelah kiri. Sering kali masalahnya sepele, tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditamabah ‘sumpah tujuh turunan”. Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aiba dan kejelekan saudara sendiri. Detik demi detik dada ini terus jengkel setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka atau mendapat bencana.

Sudah demikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini? Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak?

Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak. Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah pemilik ‘wajah indah’ pula. Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu? Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri?
Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah. Padahal mereka tidak butuh apapun selain sikap ramah dan penuh kasih dari anak-anak yang telah mereka besarkan dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, air mata, juga darah. Orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga.

Dari ridha orangtua lah, ridha Allah diraih. Kaki mulia ibulah yang disebut-sebut tempat kita merengkuh surga. Bukankah Rasulullah yang sejak kecil tak beribu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu? Bahkan beliau menyebut “ibu” tiga kali sebelum kemudian “ayah”.

Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan? Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu. Ataukah harus menunggu Allah memanggil oarang-orang terkasih itu hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka? Jangan tunggu penyesalan.
Astaghfirullaah...


Berapa jarak yg harus kutempuh menuju rumahMu.
Berapa waktu yang kubutuhkan untuk menyentuh pelukMu.
Harusnya aku menggigil melihat rembulan dan gentar menatap matahari.
Seperti Ibrahim kecil mencari wajahMu di situ. Namun tak diriku.

Ini lebih dari memeras darah dari arteri sendiri,
atau mengiris belati di urat nadi.
Terluka di tempat yg mematikan,
terjatuh dan mengaku kalah.
Atau malah lebih menakutkan lagi;
kematian hati, kematian jati diri.

Aku ingin pulang menyusur jalanMu,
sebelum aku benar-benar lupa pada jejak itu.
Lama tak haru melihat ceria anak-anak yang senyumnya putih.
Lama tak tersentuh pada tilawah dan ayat-ayat suci.
Lama tak tergugu pada ruku dan sujud padaMu.
Lama nian tak rindu pada sajadah dan basuh sejuk dzikir asmaMu.

Aku rindu menangis seperti dulu...

Selengkapnya...

Tadzkirah: Refleksi

Dari Ibnu Umar ra. Berkata : “ Rasulullah saw memegang pundakku dan bersabda, Jadilah engkau seperti orang asing atau penyeberang jalan.”
Ibnu Umar berkata, ” jika kamu berada di sore hari, jangan engkau menunggu pagi hari, dan jika engkau di pagi hari janganlah menunggu sore hari, ambillah persiapan saat engkau sehat, untuk menghadapi masa sakitmu dan saat hidupmu untuk sesudah kematianmu” ( HR Bukhari)

Kita hanyalah seorang pendatang, yang niscaya akan kembali jua ke sumber yang azali, ke rumah tempat pulang yang abadi. Entah itu esok hari, ataukah sekian puluh tahun lagi, bahkan adakah yang menjamin kalau nafas berikutnya masih milik kita lagi? Tak ada yang tahu.
Kita hanyalah peziarah yang singgah tak lama di tempat ini, datang dengan sebuah perjajian yang sungguh tak ringan, hadir dengan membawa amanah langit, tugas penghambaan sekaligus amanah kepemimpinan.

Tak mudah memang perjalanan ini, sebab ujian datang pada seluruh bagian dari hidup kita, hadir pada setiap gerak dan bahkan pada diam kita. Tarikan-tarikan yang menggoda untuk berlepas diri dari jalan idealis itu selalu tampak menggiurkan dan melenakan. Bahkan tantangan terbesar yang mesti kita kalahkan datang dan berdenyut bersama urat nadi kita, ialah kecendrungan syahwati.

Demikianlah perjalanan kehidupan ini, tidaklah mampu bertahan untuk setia menekuni jalan kemuliaan dan menapaki langit ketinggian kecuali mereka yang memiliki nafas keteguhan yang paling panjang. Maka perlu ada tradisi penguatan di sini, sebuah tradisi iman, waktu dimana kita berhenti sejenak, mengambil cermin kejujuran, melihat diri kita apa adanya. Menegakkan neraca dan menakar bobot kita seutuhnya. Mengukur ulang perjalanan, karya dan amal apa yang telah lahirkan. Sekaligus sebagai sarana untuk mengisi ulang kekuatan ruhiyah, untuk kembali meneguhkan azzam dan keyakinan. Karena sungguh sejatinya nilai kita dimata kebenaran adalah gerak yang kita selesaikan dalam karya dan amal, diluar itu hanyalah kesiaan.

Inilah hari kerja, waktu amal, saat berkeringat dan letih, kesempatan yang diberikan untuk menuntaskan janji agung kita sebagai hamba, untuk setia mengabdi sampai jatah nafas kita usai.
Hari ini adalah hari-hari memaknai, menyempurnakan kemuliaan, mengalahkan kejumudan, pembebasan diri dari kemelakatan terhadap dunia.

Sampai akhirnya ketika masa kembali itu tiba, kita dapat pulang menghadapkan wajah hati kita dengan berseri-seri, tanpa ragu dan tidak kehilangan nyali. InsyaAllah!-n

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al quran Surah Al Hasyr 18)
Selengkapnya...