Halaman

ANA UHIBBUKI FILLAH

Mengenal ia mungkin memang menjadi satu anugerah untukku. Tak sedikitpun saya pungkiri bahwa saya menaruh cukup perhatian padanya. Akhlaknya yang baik, serta parasnya yang cantik sudah cukup rasanya untuk membuat saya jatuh hati padanya. Namun tak sedikit pula saya sadari bahwa mengenal ia menggoyahkan hati hingga secara tidak sadar banyak menghilangkan waktu untuk kembali mengingat-Nya dan menaruh cinta hanya kepada-Nya.

Harapan untuk segera memenuhi salah satu sunnah Rasulullah saw. senantiasa tergambar dalam setiap kesempatan peraduanku dengan Allah. Kalaulah sampai saat ini belum juga memberi secercah kepastian kepadanya bukan karena saya tidak ingin tetapi afwan saya belum sanggup dalam segala hal, andai dia memahami. Saya takut kalau hanya dengan buaian kata-kata manis pengikat janji justeru membawa kami dalam tertawaan dan penghinaan syaitan. Entah apa yang kurasa selama ini. Antara anugerah atau justru tipu daya syaitan untuk memalingkan hati ini dari mengingat ALLAH SWT. (Ya Rabbi, maafkan hambaMu jika sesaat saja terbersit keinginan seperti itu). Saya juga hanya tidak ingin menghalangi harapannya dan juga mungkin saja rezekinya dan orang lain yang lebih baik untuknya.

Saya sadar bukan ini ‘cinta’ yang sebenarnya. Cinta karena ALLAH memang cinta yang mulia, namun sampai diri ini belum mampu menjadi insan yang mulia tak layak rasanya diri ini menjemput anugerah cinta karena-NYA. Istighfar senantiasa terucap mengingat kembali khilaf yang selama ini ada. Berharap selalu semoga ALLAH membimbing hati ini.
Kalaulah suatu saat nanti memang sudah takdir Allah kita dipersatukan ataupun tidak, saya mengikhlaskannya. Karena sebab dibalik semua keputusan-Nya ada alasan yang pasti indah. Teringat untaian kata seorang kakak sekaligus sahabat, “cinta itu suci, maka jangan dibunuh rasa itu, tapi bingkailah dengan cahaya.”

Duhai indahnya cinta yang dibingkai dengan cahaya karena Allah. Insya Allah kekal hingga jannah-Nya. Tidakkah engkau mengharapkan hal yang sama dengan harapanku? Hati ini, hatimu, hati kita hanyalah milik-Nya. Maka, seharusnya kita berserah kepadaNya. Semoga diberi jalan kemudahan dan berkah atas setiap langkah-langkah kita. Amin…
Semoga diri ini dan dirinya senantiasa berada dalam naungan cinta-Nya.

“ANA UHIBBUKI FILLAH…!!!”

Bila kita mati dalam keadaan baik, insyaallah, akan ada orang yang merasa kehilangan seseorang yang dicintainya. Mungkin tak pernah kita sangka, dan sebaiknya begitu karena dengan itu kita tak menuntut apa. Semua itu terjadi secara niscaya. Dengan satu syarat, kita dengan sepenuh hati mencintai, semakin banyak dan semakin dalam... itu jauh lebih baik.
Subhanaka Allahumma...
Tetapkan kami dalam Cinta demi-Mu
Kekal hingga ke Jannah...


4 komentar:

Anonim mengatakan...

"ahabbakal ladzii ahbabtanii lahu" :)

kkyazid mengatakan...

senangnya klo isteri yang mendoakan seperti itu.:)

“Semoga Allah mencintaimu, karena engkau telah mencintaiku karena-Nya”(H.R. Abu Dawud)

Anonim mengatakan...

Nice artcle!!
Btw, Gimana sih bang konsep cinta karena Allah yang sebenarnya..
Apa bang yazid sekarang punya sseorang yg bang yazid cintai karena Allah? Hehe. Bagi tipsnya dong! :)

kkyazid mengatakan...

Cinta karena Allah adalah mencintai seseorang lantaran ketaatannya kepada Allah Azza wa Jalla, atau cinta di jalan Allah. Hal itu dapat dilihat dari motif dasar dia mencintainya. Apakah dasarnya adalah agama dan keshalihannya ataukah tidak?
Kalau seandainya seseorang itu benar-benar cintanya karena Allah, maka pasti ia akan berusaha berjalan sesuai dengan syari’at agama Allah, dan tidak akan melanggar ketentuan-ketentuan dan larangan-larangan dari Allah Tabaraka wa Ta’ala. Wallahu a’lam
Untuk pertanyaan kedua, sepertinya belum. Tapi Insya Allah saya akan berusaha. Hehe...

Posting Komentar

Budayakan tinggalkan komentar setelah membaca apalagi mencopy abis... Plis Deh...