Halaman

HIPOKONDRIASIS (F 45.2)

Pendahuluan
Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang dikategorikan dalam DSM-IV. Hipokondriasis dibedakan dari kelainan delusi somatik lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik yang dirasakan oleh penderitanya, dimana gangguan somatoform lainnya tidak menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa saja merupakan pernyataan gejala fisik yang dilebih-lebihkan, yang justru akan memperberat gejala fisik yang disebabkan oleh keyakinan bahwa pasien tersebut sedang sakit dan keadaannya lebih buruk dari keadaan yang sebenarnya.
Gangguan somatoform diperkenalkan pada DSM-III sebagai kategori diagnosis bagi gejala somatic yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi medis umum.

Epidemologi
Suatu penelitian yang terbaru menyatakan bahwa prevalensi hipokondriasis dalam enam bulan mencapai 4 sampai 6 persen dari keseluruhan populasi medis umum, namun demikian angka presentase ini dapat mencapai 15 persen. Laki-laki dan wanita mempunyai perbandingan yang sama untuk menderita hipokondriasis. Walaupun onset penyakit dapat terjadi pada keseluruhan tingkatan umur, hipokondriasis paling sering terjadi pada umur 20 sampai 30 tahun. Hipokondriasis juga didapatkan pada 3 persen mahasiswa kedokteran terutama pada dua tahun pertamanya, namun keadaan ini hanyalah hipokondriasis yang bersifat sementara.
Etiologi
Pada kriteria diagnosis untuk hipokondriasis, DSM-IV-TR mengindikasikan bahwa gejala yang timbul menunjukkan misinterpretasi pada gejala fisik yang dirasakan. Banyak data menunjukkan bahwa orang dengan hipokondriasis memperkuat dan memperberat sensasi somatik yang mereka rasakan sendiri. Pasien ini mempunyai batasan toleransi yang rendah terhadap ketidaknyamanan fisik. Sebagai contoh, pada orang normal merasakan itu sebagai tekanan pada perut, pasien hipokondriasis menganggapnya sebagai nyeri pada perut. Mereka menfokuskan diri pada sensasi pada tubuh, salah menginterpretasikannya, dan menjadi selalu teringat oleh sensasi tersebut karena kesalahan skema kognitifnya.
Teori yang lain mengemukakan bahwa hipokondriasis dapat suatu sifat yang dipelajari yang dimulai dari masa kanak-kanak dimana pada anggota keluarganya sering terpapar oleh suatu penyakit. Etiologi lain yang diajukan adalah bahwa hipokondriasis adalah bagian dari gangguan depresi atau obsesif-kompulsif dengan fokus gejala pada keluhan fisik.
Gejala Klinis
Gejala dan Tanda
Pasien dengan gangguan hipokondriasis secara khas datang dengan ketakutan dan perhatian terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala yang dirasakannya. Pasien dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka sedang menderita suatu penyakit yang serius yang belum pernah dideteksi, dan tidak dapat menerima penjelasan akan gangguan yang dideritanya. Mereka terus menyimpan keyakinan bahwa mereka memiliki penyakit yang serius. Hipokondriasis biasanya disertai dengan gejala depresi dan anxietas dan biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan depresi dan anxietas.
Walaupun pada DSM-IV membatasi bahwa gejala yang timbul telah berlangsung paling kurang 6 bulan, keadaan hipokondriasis yang sementara dapat muncul setelah stress yang berat, paling sering adalah akibat kematian atau penyakit yang sangat serius dari seseorang yang sangat penting bagi pasien, ataupun penyakit serius yang yang pernah diderita oleh pasien namun telah sembuh, yang dapat meninggalkan keadaan hipokondriasis sementara pada kehidupan pasien. Keadaan diatas dimana perlangsungannya kurang dari enam bulan, maka di diagnosis sebagai gangguan somatoform yang tak tergolongkan.
Pemeriksaan fisis
Tidak adanya kelainan pada pemeriksaan fisis, pada pemeriksaan yang serial, mendukung diagnosis hipokondriasis. Namun demikian, pasien tetap harus menerima pemeriksaan fisis untuk meyakinkan tidak ada kelainan organic. Pada pemeriksaan fisis, pada pasien hipokondriasis bisa didapatkan :
• Penampakan umum, kelakuan dan pembicaraan
o Penampilan biasa, rapi
o Kooperatif dengan pemeriksa, namun gelisah dan tidak mudah untuk ditenangkan
o Dapat menunjukkan gejala anxietas berupa, tangan yang berkeringat, dahi
berkeringat, suara yang tegang atau gemetar, dan tatapan mata yang tajam
• Status psikomotor
o Tidak dapat beristrahat dengan tenang
o Selalu bergerak merubah posisi
o Agitasi
o Pergerakan lambat, apabila pasien kurang tidur
• Mood dan afek
o Bersemangat,atau cemas, depresi
o Afek terbatas, dangkal, ketakutan, atau afek yang bersemangat.
• Proses berpikir
o Berbicara spontan dengan kadang-kadang secara tiba-tiba merubah topic yang sedang
dibicarakan
o Berespon terhadap pertanyaan tetapi dapat mengalihkan kecemasannya pada hal lain
o Tidak ada blocking
• Isi pikiran
o Preokupasi bahwa ia sedang sakit
o Berbicara tentang apa yang dipikirkan bahwa dalam tubuhnya telah terjadi kesalahan, kenapa bisa terjadi seperti demukian, dan bagaimana ia merasakannya
o Dapat merasa putus asa dan tidak ada lagi harapan tentang penyakitnya, walaupun keadaan ini biasa juga tidak terjadi
o tidak terdapat keinginan untuk bunuh diri, walaupun secara bersamaan terdapat depresi
• Fungsi kognitif
o Penuh perhatian
o Orientasi waktu, tempat dan orang ;baik
o Jarang mengalami kesulitan dalam konsentrasi, memori.
• Insight
o Dapat mengenali sensasi yang muncul pada tubuhnya
• Daya nilai
o Sering tidak terganggu
o Dapat terganggu bila bersamaan dengan depresi
Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hipokondriasis. Pemeriksaan laboratoriun hanya digunakan untuk menyingkirkan adanya penyebab organik pada pasien.
Tes Psikologi
Tes psikologi (contohnya MMPI) pada umumnya menunjukkan adanya preokupasi akan gejala somatic dan dapat disertai dengan depresi dan anxietas.
Diagnosis
Diagnosis hipokondriasis berdasarkan PPDGJ-III adalah :
1. Keyakinan yang menetap akan adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alas an fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai waham)
2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.

Diferensial diagnosis
Kelainan fisik pertama-tama harus segera disingkirkan, yaitu kelainan dalam bidang neurogik, endokrinilogi dan penyakit sistemik lainnya. Diferensian diagnosis pada psikiatri untuk hipokondriasis adalah gangguan somatoform lainnya, gangguan mood, kecemasan, dan gangguan psikotik
• Gangguan somatisasi
Kelainan ini ditandai dengan onset yang dini (<30 hari), dapat kambuh, mencakup keluhan fisik yang multiple. Pada kelainan somatisasi, yang terjadi adalah preokupasi tentang bebepara gejala yang timbul, bukan tentang penyakit yang mendasarinya Gejala yang timbul haruslah memenuhi pola yang spesifik untuk dapat diklasifikasikan sebagia gangguan somatisasi yaitu perasaan nyeri yang terjadi pada 4 tempat yang berbeda, 2 gejala gastrointestinal yang berbeda, 1 gejala seksual, dan 1 gejala neurologi. Gangguan somatisasi dibedakan dengan penyakit sistemik dari banyaknya keluhan pada beberapa organ tanpa adanya keterkaitan dan hubungan dengan kelainan somatik yang ada. Onset gangguan somatisasi lebih dini dari hipokondriasis (<15 hari pada 50% kasus). Wanita lebih sering terkena, rasio wanita : laki-laki; 10:1. Perbedaan yang lai juga adalah pada gangguan somatisasi, pasien lebih terfokus pada gejala dibandingkan dengan penyakit yang mendasarinya. • Gangguan nyeri Pasien dengan gangguan nyeri lebih terfokus pada nyeri yang muncul dibandingkan penyakit yang mendasarinya. Penatalaksanaan Farmako terapi digunakan sebagai pelengkap dari psikoterapi dan terapi edukasi yang dilakukan. Tujuan dari pemberian farmako terapi adalah untuk mengurangi gejala dan gangguan yang menyertai (contohnya depresi), untuk mencegah komplikasi, dan untuk mengurangi gejala hipokondrik. Hipokondriasis hampir selalu disertai dengan gangguan depresi, anxietas, obsesif-kompulsif. Apabila salahsatu dari gangguan diatas ada, penatalaksanaan yang sesuai haruslah dilakukan. Biasanya terapi farmakologi diberikan dengan memulai dengan dosis rendah, kemudian dinaikkan sampai pada dosis terapi. Hal ini untuk mencegah efek samping dimana pasien dengan gangguan hipokondriasis sangat sensitif terhadap efek samping obat. Prognosis Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya hanya mengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress mempunyai prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan yang sempurna.

5 komentar:

Anonim mengatakan...

bahannya bagus

fikastic mengatakan...

ijin comot buat bahan tutorial

Anonim mengatakan...

nih penyakit yg selama ini sy cari... penyakit ini di derita oleh bapak saya slama kurang lbih 3 tahun dan sampai sekarang blum sembuh.. ketakutan yang berlebihan dan tidak bisa di nasehati... kira2 bagaimana cara menyembuhkannya.. terima kasih

kkyazid mengatakan...

silahkan konsultasikan ke psikiater. pengobatan harus bersifat holistik. kombinasi antara psikofarmaka(obat2an), psikoterapi, dan tentu saja butuh dukungan keluarga dan lingkungan sekitar. untuk informasi terbaik dan hasil yang lebih baik, sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter psikiater di kota anda.

Anonim mengatakan...

bahan yang cukup baik..mohon lebih ditingkat dan lebih didalami lagi bahanya. cukup membantu

Posting Komentar

Budayakan tinggalkan komentar setelah membaca apalagi mencopy abis... Plis Deh...