Halaman

KELOID

I. PENDAHULUAN
Keloid pertama kali dikemukakan oleh seorang dermatologi bernama Jean-Louis Albert di Perancis pada tahun 1835, namun kata keloid sudah pernah digunakan sebelumnya pada tahun 1817 berdasarkan kamus Nouveau Petit Robert. Kepustakaan mengatakan kata keloid berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “kel” (tumor) + “eidos” (bentuk) = berbentuk tumor.1,2
Keloid adalah pembentukan jaringan parut berlebihan (pertumbuhan proliferatif) yang muncul di atas kulit yang mengalami trauma atau di atas luka operasi dan tidak sesuai dengan beratnya trauma, tidak dapat sembuh secara spontan serta dapat berulang setelah dilakukan eksisi.1,2,3,4,5,6
Harus dibedakan antara istilah keloid dan parut hipertropik. Pada parut hipertropik, besar parut masih sesuai dengan lukanya, tidak pernah melewati batas tepi luka dan pada suatu saat akan mengalami fase maturasi. Parut hipertropik juga dapat sembuh secara spontan dalam 12-18 bulan meskipun tidak komplit. Sedangkan pada keloid, parut melampaui batas tepi luka tetapi jarang meluas sampai ke jaringan subkutan, aktif dan menunjukkan tanda-tanda radang seperti kemerahan, gatal dan nyeri ringan. 1,3 Jika keloid bersifat multipel atau berulang maka disebut keloidosis.5,6


II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI
Kebanyakan orang tidak pernah memiliki keloid. Kecenderungan timbul keloid lebih besar pada ras kulit berwarna gelap.3,6 Dilaporkan sekitar 16% orang afrika hitam menderita keloid, sedangkan orang kulit putih dan albino sangat sedikit yang menderita keloid.1
Keloid juga dilaporkan lebih banyak pada wanita muda dibandingkan pria muda. Namun, tanpa menggolongkan umur, prevalensi keloid antara pria dan wanita adalah sama.1,4
Menurut umur, keloid sering terjadi pada kelom
pok umur 10-30 ahun (dewasa muda) dan jarang terjadi pada usia tua.1,3

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat bada. Kulit merupakan organ yang paling esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangan kompleks, elastis
dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh.

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikel, terdiri atas : s
tratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (terdiri atas dua jenis sel : sel-sel kolumner dan sel pembentuk melanin).
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin). Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yakni : pars papillare dan pars retikulare.
3. Lapisan subkutis (hipodermis) adalah kelanjuta dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars papillare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.7
Fungsi utama kulit adalah fungsi proteksi (pelindung terhadap cedera fisik, kekeringan, zat kimia, kuman penyakit dan radiasi), absorpsi, ekskresi, persepsi (faal perasa dan peraba yang dijalankan oleh ujung saraf sensoris Vater paccini, Meisner, Krause, dan Ruffini yang terdapat di dermis), pengatura suhu tubuh (termoregulasi akibat adanya jaringan kapiler yang luas di dermis, adanya lemak subkutan, dan kelenjar keringat), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi).3,7

IV. ETIOLOGI
Penyebab pasti tidak diketahui, tidak ada gen khusus yang diidentifikasi sebagai penyebab berkembangnya suatu keloid, meskipun peningkatan prevalensi keloid berhubungan dengan peningkatan pigmentasi kulit yang menunjukkan adanya pengaruh genetik.1,4
Keloid dihubungkan secara genetik dengan HLA-B14, HLA-B21, HLA-Bw16, HLA-Bw35, HLA-DR5, HLA-DQw3, dan golongan darah A. Transmisi dilaporkan secara autosom dominan dan autosom resesif.1
Keloid dapat disebabkan oleh insisi bedah, luka, penyuntikan vaksinasi (BCG), luka bakar, bekas jerawat, setelah cacar, gigitan serangga, pemakaian anting.1,2,3,4,5,6

V. PATOFISIOLOGI
Keloid dapat dijelaskan sebagai suatu variasi dari penyembuhan luka. Pada suatu luka, proses anabolik dan katabolik mencapai keseimbangan selama kurang lebih 6-8 minggu setelah suatu trauma. Pada stadium ini, kekuatan luka kurang lebih 30-40% dibandingkan kulit sehat. Seiring dengan maturnya jaringan parut (skar), kekuatan meregang dari skar juga bertambah sebagai akibat pertautan yang progresif dari serat kolagen. Pada saat itu, skar akan nampak hiperemis dan mungkin menebal, tepi penebalan ini akan berkurang secara bertahap selama beberapa bulan sampai menjadi datar, putih, lemas, dapat diregangkan sebagai suatu skar yang matur. Jika terjadi ketidakseimbangan antara fase anabolik dan katabolik dari proses penyembuhan, lebih banyak kolagen yang diproduksi dari yang dikeluarkan, dan skar bertumbuh dari segala arah. Skar sampai diatas permukaan kulit dan menjadi hiperemis.5
Skar yang meluas ini akan timbul sebagai keloid dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : semua rangsang fibroplasia yang berkelanjutan (infeksi kronik, benda asing dalam luka, tidak ada regangan setempat waktu penyembuhan, regangan berlebihan pada pertautan luka), usia pertumbuhan, bakat, ras dan lokasi.3

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis keloid dibuat berdasarkan gambaran klinis (penampakan kulit atau jaringan parut) :1,4,5
• Konsistensi keloid yang bervariasi dari lunak, seperti karet sampai keras.
• Lesi awal biasanya kemerahan
• Lesi menjadi merah kecoklatan atau seperti warna daging
• Lesi biasanya tidak mengandung folikel rambut ataupun kelenjar adneksa lainnya)
• Keloid memberikan gambaran klinik yang bervariasi. Kebanyakan lesi tumbuh selama beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi ada pula yang tumbuh dalam beberapa tahun. Pertumbuhan biasanya lambat, tetapi kadang-kadang melebar secara cepat, menjadi 3 kali lebih lebar dalam beberapa bulan. Ada pula keloid yng berhenti tumbuh, keloid tidak selalu memberikan gejala dan menjadi stabil.
• Keloid pada telinga, leher, dan abdomen biasanya bertangkai
• Keloid pada daerah tengah dada dan ekstremitas biasanya datar, dimana dasarnya lebih luas dari puncaknya.
• Kebanyakan keloid berbentuk bulat, oval, atau persegi panjang dengan tepi reguler, tetapi ada pula yang berbentuk seperti bekas cakaran dengan tepi yang irreguler.
• Kebanyakan pasien datang dengan 1-2 keloid, tetapi ada juga dengan banyak keloid seperti pada pasien yang keloid muncul akibat jerawat atau bekas cacar.
• Keloid pada sendi dapat mengganggu pergerakan akibat kontraktur.
• Keloid tidak pernah berubah menjadi keganasan dan hanya menimbulkan masalah kosmetik saja.
• Frekuensi lokasi keloid pada orang Asia biasanya pada cuping telinga, ekstremitas atas, leher, payudara, bahu, sternum, pinggang, dan wajah.1,3,4,5,6

VII. PENATALAKSANAAN
• Konservatif
Keloid ditangani secara konservatif dengan penyuntikan sediaan kortikosteroid intrakeloid yang diulang 2-3 minggu sekali sampai efek yang diinginkan tercapai. Penyuntikan ini biasanya dapat memperkecil keloid dan mengurangi iritasi.3,4,6
Pengobatan baru untuk keloid juga termasuk penyuntikan interferon, verapamil, bleomisin, asam retinoid, toksin botolinum intrakeloid.
• Pembedahan
1. Krioterapi
Digunakan nitroge liquid yang mempengaruhi mikrovaskularisasi dan menyebabkan kerusakan sel melalui kristal intrasel yang mengakibatkan anoksia sel. Penggunaan krioterapi tanpa modalitas tanpa modalitas terapi yang lain menghasilkan resolusi tanpa rekurensi pada 51-74% pasien setelah 30 bulan observasi.1,3,4,5,6
2. Eksisi
Rekurensi dapat terjadi sekitar 45-100% pada pasien dengan terapi eksisi tanpa modalitas terapi lain seperti radioterapi atau injeksi kortikosteroid post eksisi.1
3. Terapi laser
Dapat digunakan laser karbon dioksida, laser argon atau YAG laser. Dengan laser karbon dioksida, lesi dapat terpotong dan terbakar dengan trauma jaringan yang minimal.1

VIII. KOMPLIKASI
• Trauma pada keloid dapat menyebabkan erosi lesi dan menjadi sarang infeksi bakteri.
• Rekurensi
• Stress psikologik jika keloid sangat luas dan menimbulkan cacat.1,5

IX. PROGNOSIS
• Keloid secara medis biasanya tidak berbahaya, tetapi sangat berpengaruh pada penampilan (kosmetik).
• Keloid jarang sembuh secara spontan, tetapi dengan pengobatan keloid dapat menjadi lebih kecil dan lembut, tanpa nyeri dan gatal.
• Pada beberapa kasus, keloid dapat mengecil secara spontan seiring waktu.
• Terapi keloid dengan eksisi tanpa terapi yang lain dapat menimbulkan rekurensi.1,5
daftar pustaka ada pada penulis.

0 komentar:

Posting Komentar

Budayakan tinggalkan komentar setelah membaca apalagi mencopy abis... Plis Deh...